Semen menjadi salah satu penghasil emisi terbesar yang menyumbang 8% emisi karbon dioksida di dunia (Chatham House, 2018). Isu tersebut mengakibatkan para pelaku konstruksi dan arsitektur mengupayakan berbagai cara untuk menekan jejak karbon dari proses konstruksi. Upaya yang saat ini gencar dilakukan adalah gerakan konstruksi hijau berkelanjutan atau green sustainable building. Gerakan tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan semen ramah lingkungan.
Indonesia adalah negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya merupakan perairan. Oleh karena itu, Indonesia memiliki komoditas di sektor kelautan dan perikanan yang melimpah, salah satunya adalah kerang. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah cangkang kerang masih belum dilakukan secara maksimal sehingga menyebabkan masalah lingkungan, seperti bau tidak sedap, pencemaran air, dan pencemaran tanah.
Pada cangkang kerang ditemukan senyawa yang serupa dengan bahan baku pembuatan semen, yaitu kalsium. Kandungan kalsium yang cukup tinggi membuat limbah cangkang kerang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen instan.